
kecerdasan imam abu hanifah
Imam abu hanifah terkrnal dengan keintelektulanya saat di kisahkan ada seorang perempun yang bertanya kepada beliu hanya dengan isyarat saja tetapi imam abu hanifah mampu menjawab ungkapan isyarat yang di berikan oleh perempuan lewat seseorang, kalau bukan karena kecerdasanya maka sungguh imam abu hanifah tidak mungkin di sebut sebagai sosok yang jenius. kisah ini persis di paparkan dalam hadis rasulullah saw,
رُوِيَ أَنَّهُ جَاءَتْهُ امرَأَةٌ وَهُوَ فِيْ مَجْلِسِ دَرْسِهِ وَ وَقَفَتْ بِالْبَابِ, وَأَرْسَلَتْ مَعَ أَحَدِ الرِّجَالِ تُفَاحَةً فِيْهَا الْأَحْمَرَ وَفِيْهَا الْأَصْفَرَ, وَلَمَّااسْتَلَمَهَا قَالَ اأَبُوْ حَنِيْفَةَ لِلرَّجُلِ: مِنْ أَرْسَلَكَ بِهَا ؟ قَالَ الرَّجُلُ: اِمْرَأَةٌ وَاقِفَةٌ بِالْبَابِ تَنْتَظِرُ الْجَوَابَ, قَالَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ: عَرَفْتُ سُؤَالِهَا,ثُمَّ أَخَذَ التُفَاحَةَ فَشَقَّهَا وَنَاوَلَهَا الرَّجُلَ, وَقَالَ لَهُ: اِذْهَبْ بِهَا وَسَلَّمَهَا لَهَا, فَأَخَذَتْهَا وَذَهَبَت
Diriwayatkan bahwa telah datang kepada imam abu hanifah seorang perempuan dia berdieri di depan pintu sedang imam abu hanifah dalam majlisnya perempuan tersebut mengirimkan utusan laki-laki dengan memberi apel kepada imam abu hanifah yang satu berwarna merah yang satu berwarna kuning ketika imam abu hanifah menerima apel tersebut beliau berkata kepada laki-laki itu: siapa yang mengirimu apel ini ? laki-laki : perempuan yang sedang berdiri di depan pintu dia sedang menunggu jawaban atas apel ini kemudian imam abu hanifah berkata: saya tahu maksudnya kemudian beliau mengambil apel tersebut dan membelahnya menjadi dua belahan tersebut di kasihkan kembali pada laki-laki tadi dan imam abu hanifah berkata: pergilah bawalah apel ini dan serahkanlah padanya lantas apelnay di ambil kemudian di berikan kepada perempuan tadi.
هَذِهِ اِمْرَأَةٌ جَاءَتْ تَسْأَلُ أَبَا حَنِيْفَةَ عَنْ دَمِ الْحَيْضِ, وَذَلِكَ إِذَا تَحَوَّلَ لَوْنُ الدَّمِ مِنْ أَحْمَرٍ إِلَى أَصْفَرٍ هَلْ تَطْهُرُ؟ فَأَجَابَهَا أَبُوْ حَنِيْفَةَبِشِقِّ التِّفَاحَة, إِشَارَةُ لَهَا حَتَّى تَرَيْنَ القِصَّةَ الْبَيْضَاءَ وَهِيَ مَا بِدَاخِلِ التُفَاحَة
Perempuan ini ternyata dia bermaksud bertanya kepada imam abu hanifah tentang darah haid ketika dia mengalami perubahan warna darahnya dari warna merah ke warna kuning apakah hal demikian sudah di katakan suci ? kemidian imam abu hanifah memberi jawaban dengan cara membelah apel yang di peroleh darinya, hal ini merupakan isyarat hukum suci haid ketika bener-bener terlihat warna putih, yakni dengan warna putih yang berada di dalam apel.
وَرُوِيَ أَنَّ أَعْرَبِيًّا دَخَلَ عَلَى أَبِي حَنِيْفَةَ وَهُوَ جَالِسٌ بَيْنَ أَصْحَابِهِ, فَقَالَ لَهُ: أَفِيْ الصَّلَاةِ وَاوٌ أَوْ وَاَوَانِ فَقَالَ: وَاوَاتٌ فَقَالَ: بَارَكَاللهُ فِيْكَ كَمَا بَارَكَ فِيْ لَا وَلَا, فَلَمْ يَعْلَمْ أَحَدٌ سُؤَالَ السَّائِلِ, وَلَاجَوَابَ أَبِيْ حَنِيْفَةَ, فَسَأَلُوْهُ عَنْ ذَلِكَ, فَقَالَ: سَأَلَنِيْ أَفِيْ التَشَهُّدِ وَاوٌأَوْ وَاوَانِ, فَقُلْتُ: وَاوَاتٌ بِالْجَمْعِ, فَدَعَا لِيْ بِالْبَرْكَةِ كَمَا بَارَكَ فِيْ الشَّجَرَةِالزَيْتُوْنَةٍ لَاشَرْقِيةٍ وَلَاغَرْبِيَّةٍ, كَذَا فِيْ الْمَبْسُوْطِ
Dan di riwayatkan ketika itu ada seorang ‘arobi yang mengikuti majlisnya imam abu hanifah kemudian dia duduk di antara para jamaah lantas berkata kepada imam abu hanifah”apakah di dalam lafad asholat terdapat satu huruf wawu atau dua wawu. Kemudian di jawab “banyak wawu” lantas laki-laki itu mendo’akan barakallah fiika kama baraka fi la wa la “semoga allah memberi keberkahan kepadamu seperti berkahnya huruf La dan La” namun tidak ada satupun yang mengetahui sosok laki-laki tersebut. Dan beliau tidak menjawab pertanyaanya, tetapi pertanyan kembali di lontarkan”bertanya kepadaku apakah didalam syahadat terdapat huruf wawu atau dua wawu beliau menjawab” pada syahadat terdapat wawat(beberapa huruf wawu) dengan di baca jama’ kemudian dia mendo’akan ku berkah semoga berkah seperti berkahnya pohon zaitun yang di berkahi di timur dan di barat. Seperti apa yang di jelaskan dalam kitab yang lebar keteranganya
وَقَالُوْا : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الْإِمَامِ أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَأَخْبَرَهُ بِأَنَّهُ أَحَبَّ اِمْرَأَةٌ وَأَحَبَّتْهُ, وَتَقَدَّمَ إِلَى وَلِيِّ أُمْرتِهَا لِنِكَاحِهَا, وَطَلَبَ مِنْهُ مَهْرًا كَبِيْرًافَوْقَ طَاقَتِهِ, فَسَأَلَهُ الْإِمَامُ عَنِ الْمَرْأَةِ وَعَنْ أَهْلِهَا, فَأَخْبَرَهُ أَنَهَا مِنْ سُكَانِ بَغْدَادِ وَأَهْلِهَا مِنْ أَهْلِ الرَّفَاهِيَةِ وَالثَرَاءِ, قَالَ لَهُ الْإِمَامُ: اِذْهَبْ وَ وَافِقْ عَلَى الْمَهْرِ الَّذِىْ يَطْلُبُوْنَهُ, وَبَعْدَ إِتْمَامِ الْعَقْدِ وَقَبْلَ الدُّخُوْلِبِهَا عُدْ إِلَيَّ
Pada suatu ketika datang seorang laki-laki kepada imam abu hanifah kemudian dia bercerita kepadanya, saya telah mencintai seorang perempuan begitupun sebaliknya dia telah mencintai saya kemudian saya telah mendatangi wali nikahnya dengan tujuan agar bisa menikah dengan perempuan itu tetapi keluarganya meminta mahar dengan mahal yakni di atas kemampuan yang saya miliki kemudian imam hanafi bertanya tentang perempuan itu dan keluarganya lalu dia mengatakan padanya dia berasal dari baghdad dan keluarganya tergolong orang kaya , kemudian imam abu hanifah berkata “pergilah dan penuhilah maskawin yang dia minta dan nanti setelah ‘aqad nikah selesai dengan sempurna, atau sebelum akad dilaksanakan, kembalilah kepada ku”
baca juga : biografi imam abu hanifah
Sebagian dari wasiatnya imam abu hanifah
قَالَ أَحْمَد الشَّرْبَاصِي: يَقُوْلُ أَبُوْ حَنِيْفَةَ لِتِلْمِيْذِهِ يَعْقُوْبَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ حَبِيْبٍ الْاَنْصَارِيْ الْكُوْفَي فِيْ هَذِهِ الْوَصِيَّةِ يَا يَعْقُوْبُ. . .! وَقِّرْ السُّلْطَانَ وَعَظِّمْ مَنْزِلَتَهُ, وَإِيَّاكَوَالْكَذِبَ بَيْنَ يَدَيْهِ, وَلَا تَدْخُلْ عَلَيْهِ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَفِيْ كُلِّ حَالٍ مَالَمْ يَدْعُكَ لِحَاجَةٍ عِلْمِيَّةٍ, فَإِنَّكَ إِنْ أَكْثَرْتَ الْاِخْتِلَافَ إِلَيْهِ تَهَاوَنَ وَاسْتَخَفَّ بٍكَ, وَصَغُرَتْ مَنْزِلَتَكَ فِيْ عَيْنِهِ, فَكُنْ مِنْهُ كَمَا أَنْتَ مِنَ النَّارِتَنْتَفِعُ مِنْهَا وَتَتَبَاعَدُ عَنْهَا, وَلَا تَدْنُ مِنْهَا, فَإِنَّكَ تَحْتَرِقُ وَتَتَأَذَى مِنْهَا, فَإِنَّ السَّلْطَانَ لَايَرَى لِأَحَدٍ مَا يَرَى لِنَفْسِهِ.
Imam ahmad asyirbashi mendengar perkatanya imam abu hanifah kepada muridnya yang bernama ya’qub bin ibrahim bin habib al-anshari al-khufi dalam washiatnya:
Hai ya’qub ,, Hormatilah Raja dan muliakanlah possisinya, dan janganlah kamu berbohong dihadapannya, dan janganlah kamu mendatangi nya setiap waktu setiap saat selagi dia tidak mengundangmu karena hajat yang benar. Karena sesungguhnya ketika banyak perbedaan dengannya akan dianggap remeh dan rendah olehnya, dan kecilnya posisimu dihadapannya. Maka jadikanlah dirimu dengan Raja ibarat kamu dengan api. Manfaatkanlah dan menjauh darinya. Dan jangan lah kamu mendekatinya, niscaya kamu akan terbakar olehnya. Karena Raja tidak memandang siapapun apa yang dlihatnya sendiri.
baca juga : biografi imam syafi’i
وَأِيَّاكَ وَكَثْرُةَ الْكَلَامِ بَيْنَ يَدَيْهِ, فَإِنَّهُ يَأْخُذُ عَلَيْكَ مَا تَفُوْهُ بِهِ, لِيَرَى مِنْ نَفْسِهِ بَيْنَ يَدَيْ حَاشِيَتِهِ أَنَّهُ أَعْلَمُ مِنْكَ وَأَنَّهُ يَخْطِئُكَ,فَتَصْغُرَ فِيْ أَعْيُنِ قَوْمِ
Dan janganlah kamu banyak berbicara dihadapannya, karena dia menerima apa yang kamu katakan, agar melihat dari dirinya diantara para pelayannya, dialah yang lebih mengetahui dibandingkan dirimu. Dan dia akan membuatmu bersalah, sehingga kamu dianggap remeh dihadapan kaumnya.
وَلَا تَتَكَلَّمْ بَيْنَ يَدَيْ الْعَامَّةَ إِلَّا بِمَا تُسْأَلُ عَنْهُ, وَإِيَّاكَ وَالْكَلَامِ فِيْ الْمُعَامَلَةِ وَالتِّجَارَةِ إِلَّا بِمَا يَرْجِعُ إِلَى الْعِلْمِ, كَيْ لَا يُوْقَفُ مِنْكَ عَلَى رَغْبَةٍ فِيْ الْمَالِ, فَإِنَّهُمْ يُسِيْئُونَ الظَّنَّ بِكَ,وَيَعْتَقِدُوْنَ مَيْلَكَ إِلَى أَخْذِ الرِّشْوَةِ مِنْهُمْ وَبَسْطِ الْيَدِ إِلَيْهَا
Dan janganlah kamu berbicara dihadapan umum kecuali bicara sesuatu yang ditanyakan kepadamu, dan hindarilah olehmu berbicara dalam hal transaksi dan berdagang kecuali sesuatu itu merujuk kepada ilmu dan agar kamu tidak disebut sebagai orang yang cinta harta. Karena manusia akan berburuk sangka kepadamu. Dan janganlah kamu menyondongkan dirimu terhadap keinginan mengambil suap kepada mereka.
وَلَا تَضْحَكْ وَلَا تَتَبَسَّمْ فِيْمَا بَيْنَ الْعَامَةِ, وَلَا تُكْثِرْ الْخُرُوْجَ إِلَى الْأَسْوَاقِ, وَلَاتُكَلِّمْ الصِّبْيَانِ الْمُرَاهِقَانِ فَإِنَّهُمْ فِتْنَةٌ وَلَا بَأْسَ أَنْ تُكَلِّمْالْأَطْفَاِل وَتَمْسَحَ رُؤُوْسَهُمْ, وَلَا تَمْشِ فِيْ قَارِعَةِ الطَّرِيْقِ مَعَ الْمَشَايِخِ مِنَ الْعَامَةِ, فَإِنَّكَ إِنْ قِدَمْتُهُمْ أَزْرَى ذَلِكَ بِعِلْمِكَ, وَإِنْ أَخْرَتَهُمْاُزْدُرِىْ بِكَ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُمْ أَسَنُّ مِنْكَ فَإِنَّ النَّبِيَّصلى الله عليه وسلم قّالّ: ” مّنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا وَلَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Dan janganlah kamu tertawa, dan janganlah kamu tersenyum di depan khalayak umum. Dan janganlah kamu sering bepergian ke pasar, dan janganlah kamu berbicara kepada anak kecil yang belum baligh karena bisa saja menyebabkan fitnah, dan tidak ada salahnya jika kamu berbicara dengan anak kecil dan mengelus kepalanya dan janganlah kamu berjalan di tengah jalan bersama orangtua didepan umum, karena sesungguhnya jika kamu mendahuluinya maka itu menyebabkan rendahnya ilmumu . Dan jika kamu meninggalkannya maka itu menyebabkan penghinaan bagimu karena ditinjau dari umurnya dia lebih tua darimu. Sesungguhnya Nabi muhammad S.A.W. bersabda : “Barangsiapa yang tidak menghormati orangtua kita dan tidak menyayangi anak anak kecil kita, maka bukan termasuk golongan kita.”
وَلَا تَقْعُدْ عَلَى قَوَارِعِ الطَّرِيْقِ, وَإِذَا دَعَاكَ ذَلِكَ فَاقْعُدْ فِيْ الْمَسْجِدِ, وَلَا تَقْعُدْ فِيْ الْحَوَانِيْتِ وَلَا تَأْكُلْ فِيْ الْأَسْوَاقِ وَالْمَسَاجِدِ,وَلَاتَشْرَبْ مِنَ السَّقَايَاتِ وَمِنْ أَيْدِى السَّقَايِيْنَ, وَلَا تَلْبَسْ الدِّيْبَاحِ وَالْحُلِّىَّ وَأَنْوَاعَ الْاِ بْرَيْسَمِ, فَاِنَّ ذَلِكَ يَفْضِى إِلَى الرُّعُوْنَة
Dan janganlah kamu duduk di pinggiran jalan, dan ketika kamu berdo’a maka menetaplah di Masjid,dan janganlah kamu duduk di pertokoan, dan janganlah kamu makan di pasar dan di masjid. Dan janganlah kamu minum minuman dari tangan para peminum, dan janganlah kamu memakai kain sutra, kecuali sutra jenis ibrosim. Karena hal tersebut menuntut kepada mu sifat senonoh.
وَلَا تُكْثِرْ الْكَلَامَ فِيْ بَيْتِكَ مَعَ أَهْلِكَ فِيْ الْفِرَاشِ, إِلاَّ وَقْتَ حَاجَتِكَ إِلَيْهَا بِقَدْرِذَلِكَ, وَلَا تُكْثِرْ لَمْسَهَا, وَلَا تَتَقَرَّبْ بِهَا إِلَّا أَنْ تَذْكُرَ اللهَتَعَالَى وَتَسْتَخِيْرَفِيْهِ, وَلَا تَتَكَلَمْ بِأَمْرِ نِسَاءِالْغَيْرِ بَيْنَ يَدَيْهَا وَلَابِأَمْرِ الْجَوَارِيْ ,فَاِنَّهَا تَنْبَسِطُ إِلَيْكَ فِيْ كَلَامِكَ , وَلَعَلَّكَ إِذَا تَكَلَّمْتَ عَنْ غَيْرِهَا تَكَلَّمَتْ عَنِ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ
Dan janganlah kamu banyak bicara didalam rumahmu beserta keluarga mu didalam ranjang, kecuali diwaktu saat kamu membutuhkannya. Janganlah kamu mendekatinya dan menggaulinya kecuali ketika kamu ingat kepada Allah dan kamu membujuknya. Janganlah kamu berbicara tentang wanita lain dan masalah rumah tangga dihadapan istrimu, oleh karena itu bisa melebar darimu ucapanmu. Jika kamu berbicara sendiri tentang wanita lain maka istrimu juga mungkin berbicara tentang laki laki lain.
وَايَّاكَ أَنْ تَكْثَرَ الضَّحَكَ فَإِنَّهُ يُمِيْتُ القَلْبِ, وَلَا تُكثَر مُحَدَثَةِ النِّساءِ وَمُجَالَسَتُهُنَّ فَإِنّهُ يُمِيْتُ القَلبِ اَيْضًا وَلَاتَمْشِ إِلّاَ عَلى الطمَأْنِيْنَةُ وَالسُّكُونُ, وَلَاتَكُنْ عَجُولًا فِي اْلأُمُورِ, وَمَنْ دَعَاكَ مِنْ خَلْفِكَ فَلَا تُجِبْهُ, فَإِنَ الْبِهِا ئِمَ تُنَادِى مِنْ خَلْفِ.
Jauhilah olehmu dari banyak berbicara karena banyak bicara bisa membuat hati mati dan jangnlah kamu banyak berbicara dengan perempuan dan duduk bareng bersanding denganya karena bisa membuat matinya hati juga janganlah kamu berjalan kecuali kamu berjalan dengan tenang dan anteng dan jangnlah kamu terburu-buru dalam menghadapi perkara,ketika ada orang yang mengundangmu dari blakang maka janganlah menoleh,karena hanya binatang yang dipanggil dari belakang .
وَإِذَا تَكَّلمْتَ فَلَا تُكْثِرْ صِيَاحَكَ وَلَا تَرْفَعْ صَوْتَكَ, وَاتَّخِذْ لِنَفْسِكَ السُّكُوْنَ وَقِلَّةِ الحَرَكَةِ عَادَةً, كَي يَتَحَقَّقُ عِنْدَ النَّاسِ ثِبَاتَكَ.
Dan ketika kamu berbicara dengan orang lain jangan terlalu banyak berteriak bahkan jangnlah mengeraskan suara mu jadikanlah dirimu orang yang pendiam, sedikit gerak secara sesuai dengan kadar kebiasan agar tampak dihadapan manusia ketangguhan dalam dirimu.
وَاذْكُرْ المَوْتَ, وَاسْتَغْفِرْ لِأُسْتَذِكَ وَمَنْ اَخَذْتَ عَنْهُمْ العِلْمَ, وَدَاوِمْ عَلَى تِلَاوَةِ القُرْأَنِ وَاكْثِرْ مِنْ زِيَارَةِ اْلقُبُورِ وَالمَشَايِخْ وَالأَمَاكِنْ المُبَارَكَةِ.
Ingatlah kematian dan mintakanlah ampunan untuk ustadzmu atau gurumu dan orang yang kau ambil ilmunya,biasakanlah dirimu membaca al-qur’an dan perbanyaklah berziarah ke maqamnya para guru-guru dan tempat-tempat yang memiliki keberkahan.
وَحَقِرِ الدّنُيْا المُحَقِّرَةِ عِنْدَ اَهْلِ اْلعِلْمِ فَانَّمَا عِنْدَكَ خَيْرًمِنْهَا وَوَلَّ اُمُورَكَ غَيْرَكَ لِيُمْكِنَ الِاقْبَالَ عَلَى العِلْمِ فَذَلِكَ اِحْفِظْ لِجَهْلِكَ وَلَا تُجَالِسِ أَحَدًا أَهْلُ الأَهْوَاءَ إِلَّا عَلَى سَبِيْلِ الدَّعْوَةِ إِلَى الدِّيْنَ وَالصِّرَاطِ اْلمُسْتَقِيْمَ وَلَاتُكْثِرْ اللَّعَنَ, وَالشَّتَّمَ وَلَا تَنْسَنِى مِنْ صَالَحِ دُعَائِكَ , وَاَقْبَلْ هَذِهِ المَوْعِظَة مِنِّى, وَإِنَّمَا أُوْصِيكَ لِمَصْلَحَتِكَ, وَمَصْلَحَةِ المُسْلِمِيْنَ.
Anggaplah dunia sebagai sesuatu yang rendah ,yang di pandang hina oleh orang yang berilmu karena ada sesuatu yang lebih baik daripada dunia yaitu ilmu, kemudian serahkanlah urusan dunia mu kepada orang lain, agar kamu bisa mempelajari ilmu dengan baik, maka hal demikian akan menjaga dari sifat bodoh mu.
Janganlah kamu duduk di sanding orang yang memiliki hawa nafsu /amarah kecuali atas dasar mengajak ke jalan agama dan jalan yang benar.
Dan jangan lupakan ku dari do’amu yang baik terimalah nasihat ini dari saya karena tujuan ku memberi nasihat kepada mu untuk kebaikanmu dan demi kebaikan orang-orang muslim.
baca juga : cara memehami nasionalisme dengan singkat