Nasionalis Adalah Mencintai Negara Berlandaskan Nilai-nilai Agama, Agama Tanpa Nasionalis Bisa Ekstrem

Berbicara tentang sejarah sudah banyak
sejarawan yang menyampaikan dalam karya-karnya yang relevan, akurat, tidak
mengandung kebohongan maka dari itu, penulis sedikit ada gereget di zaman
sekarang kenapa umat islam khususnya, banyak pada mengurungkan kemaunya dalam
membaca sejarah, padahal ada istilah barang siapa yang tidak memiliki tanah air
berarti dia tidak mempunyai sejarah, karena tanah airlah yang mengukir adanya sejarah. sejarah itu penting !
 Bagaiman tidak semisal kita mau membangun musola, madrasah, sekolah atu
apapun, sudah mesti membutuhkan yang namanya tanah air, semisal tidak butuh tanah air
maka akan di bangun dimana nanti ? di langit ? tidak mungkin.

Maka dari situlah kita seharusnya paham, bahwa
sejarah dan  tanah air itu penting, yang
kemudian ketika seseorang mengetahi sejarah tanah airnya maka akan timbul rasa
nasionalis kecintaatnya kepada tanah air, ketika seseorang sudah cinta dengan tanah air maka perioritas yang akan di lakukanya adalah selalu membangun
peradaban yang baik, coba bayangkan juga, bahwa sejarah menyatakan kemunculan
kecintaan tanah air orang-orang timur tengah itu di sebabkan dari negara yang
lain, bukan muncul dari dalam negaranya sendiri  berbeda dengan  sejarah di negri kita
indionesia, sejarah kecintaan tanah air
yang di yakini oleh ribuan penduduknya itu berdasarkan  seorang ulama yakni hadrotus syaikh Kh.
Hasyim asy’ari

baca juga: kemulyaan santri sebagai aset relegius nasionalis 

Penjelasan Kh aqil siroj di masa runtuhnya
kehilafah di turki pada tahun 1924 munculah pemerintahan yang moderen dengan
gaya nasionalis-sekuler setelah hancur perhilafahnya maka berdiri pada tahun 1930
partai2 politik di arab yang pertama namanya ba’ath, tujuan mendirikan partai ini adalah
menggembleng pemuda-pemuda untuk melawan penjajah, partai ini didirikan oleh
orang kristen ortodoks asal damaskus dengan memiliki ideologi Nasionalisme
–sekuler-sosialis ini membuktikan bahwa penanaman rasa memiliki nasionalis di
timur tengah berdasarkan genjotan orang luar dan berkah penjajahan. akan tetapi
kemajuan gaya rasa nasionalis relegius di republik indonesia bukan hadiah dari penjajah
tetapi merupakan himbauan ulama, cetusan ulama, yakni hadrotus sayikh Kh hasim
asy’ari melalui jargon hubbul wathon minal iman cinta tanah air sebagian dari
iman, Ketika bung karno menanyakan tentang hukum membela tanah air.

Agama dan nasionalis merupakan satu dalam
kesatuan yang tidak bisa di pecahkan 
bukan juga  dua hal yang
bersebrangan, agama tanpa nasionalis akan menimbulkan ekstrem nasionalis tanpa
agama juga kering. Dari setatment ini bisa di pahami bahwa dua-duanya  tidak bisa di ceraikan.

Kesadarn nasionalis sudah mulai mengalami
penurunan yang di akibatkan media sosial yang isisnya adu domaba,hujjat,
cemooh,cacian, bahkan fitnah lantas solusi yang tepat bagaimana ?

Untuk mengindari hal-hal yang bersebrangan
denga realita kenyataan maka perlu adanya tela’ah terlebih dahulu jika meneriama
khabar. sepotong kata yang pernah saya dengar bahwa khabar itu memiliki 2 kemungkinan satu bisa bohong, dua bisa benar, makanya perlu adanya
tindakan lanjut dalam menelaah khabar dengan cara hadis yang pernah di
riwayatkan oleh nabi muhammad  yakni
tatkala khabar menjumpai mu dari orang fasik maka tabayunlah, kelarivikasilah terlebih dahulu
agar tidak menimbulkan kebohongan yang nantinya mengakibatkan perpecah belahan,

Pada dasarnya cinta tanah air adalah wajib
karena nabi kita muhammad pernah merasakan kangen dengan suasana dusun rumahnya saat belaiu di kota madinah, bahkan juga beliau begitu tegas saat
mengatakan tanah kelahiranya. saya orang arab ana ‘arobiy 

maka bisa di simpulkan bahwa ajaran nasionalis merupakan fi’lunnabi hanya saja dulu tidak di proklamirkan secara resmi akhirnya tidak semasyhur seperti  sekarang.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top